Pages

Thursday, July 14, 2011

HIDUP DAN PERMASALAHANNYA...

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, dia didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya perlahan, wajahnya muram dan tubuhnya tidak terurus. Seperti persoalan yang dihadapinya sangat berat hingga sangat menyusahkan hatinya. Begitu bertemu dengan seorang tua yang bijak, dia segera menceritakan semua permasalahan yang ia hadapi.


Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan saksama. Setelah pemuda tersebut selesai bercerita, ia lalu mengambil segenggam brotowali dan memintanya untuk mengambil segelas air. Ditaburnya serbuk brotowali itu kedalam gelas lalu dikacaunya perlahan-lahan. “Cuba minum ini! Lalu katakan bagaimana rasanya?” ujar Pak Tua itu.


“Pahit…Pahit sekali,” jawab anak muda itu sambil meludahnya.


Pak Tua tersenyum lalu dia mengajak anak muda itu berjalan-jalan didalam hutan disekitar rumahnya. Mereka berjalan berdampingan. Setelah melakukan perjalanan cukup lama, akhirnya mereka tiba di tepi sebuah telaga yang tenang. Pak Tua sekali lagi menabur segenggam brotowali kedalam telaga. Dengan sepotong kayu, ia mengacau air telaga sehingga sebahagian airnya terpercik membasahi wajah pemuda itu.


“Sekarang, cuba ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Ujar Pak Tua itu.


Pemuda itu menuruti apa yang diminta Pak Tua. Ia segera meminum beberapa teguk air telaga. Begitu selesai pemuda itu meneguk air, Pak Tua berkata lagi: “Bagaimana rasanya?”


“Segar!” Sahut anak muda itu.


“Apakah engkau boleh merasakan pahitnya brotowali di dalam air itu?” Tanya Pak Tua lagi


“Tidak,” jawab si pemuda.


Dengan bijak, Pak Tua menepuk belakang si pemuda, lalu dia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga. “Anak muda, dengarkanlah ucapanku ini. Pahitnya kehidupan yang engkau rasakan seperti segenggam brotowali. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi , ketika engkau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh engkau lakukan untuk mengatasinya. Lapangkanlah dadamu menerima semua itu. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”


Pak tua itu kembali menambahnya : “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, jadikanlah ia laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”


Keduanya berganjak meninggalkan tepian telaga. Mereka sama-sama belajar hari itu. Pak Tua yang bijak itu kembali menyimpan segenggam brotowali untuk pemuda lain yang sering datang padanya untuk meminta nasihat.


*****


Kisah diatas sekadar ingin memberikan gambaran bahawa sepanjang hidup manusia, masalah dan berbagai persoalan kehidupan pasti akan menghampiri, kerana hidup dan persoalannya adalah sunnatullah yang pasti berlaku di dunia ini sebagaimana Firman Allah:


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS. Al-Balad:4)


Orang yang tidak pernah ditimpa musibah dikhuatiri akan terjangkit penyakit lalai, hatinya keras, angkuh, sombong dan menjadi seperti orang mabuk yang tidak menyedari keadaan sekelilingnya. Yang terpenting baginya hanyalah makanan, minuman dan nafsu syahwatnya. Dalam keadaan seperti itu, terjadinya musibah terhadap dirinya akan membangkitkan hatinya.




No comments:

Post a Comment