Pages

Tuesday, December 29, 2015

3 WASIAT RASULULLAH MENGUBAT JIWA...


Tiga wasiat Rasulullah agar melatih jiwa redha menerima qadak dan qadar. Jika kesemua wasiat itu diamalkan nescaya kita akan berasa betapa besarnya nikmat Allah dan sentiasa redha dengan-Nya. Inilah kunci bahagia dan rasa puas walau diuji dengan seribu satu macam masalah serta musibah. Tiga wasiat ini adalah terapi nabawi bagi penyakit jiwa dan latihan untuk redha.

PERTAMA: Abu Hurairah berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Pada masing-masing mereka terdapat kebaikan. Bersemangatlah meraih apa yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan kepada Allah. Jangan berasa lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, jangan katakan, "Seandainya saya lakukan begini, pasti begini dan begini." Tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya. Apa yang Allah kehendaki pasti Dia lakukan." Kerana kata, 'seandainya' membuka peluang amal bagi syaitan." (HR Muslim).

Hadis itu menjelaskan, barang siapa hendak mendapatkan kecintaan dan keredhaan Allah, maka harus memperkuatkan keimanannya dan bersungguh- sungguh melatih jiwa menjadi kuat. Memperkayakan dirinya dengan ilmu dan memperkuatkan fizikalnya dengan kekuatan lain yang bermanfaat untuk membentuk peribadi Muslim yang dicintai Allah.

Seorang Muslim harus berusaha mendapatkan sesuatu yang bermanfaat baginya, meminta pertolongan Allah, tidak merasa lemah. Menyerahkan segala urusannya kepada Allah dalam apa yang Allah takdirkan untuknya. Tidak boleh marah dan mengeluh terhadap musibah yang menimpa. Tidak boleh memberikan peluang syaitan menggoda dengan mengatakan, "Seandainya saya mengatakan begini dan begitu."

KEDUA: Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah mengajari kami solat istikharah untuk memutuskan segala sesuatu sebagaimana mengajari al-Quran. Baginda bersabda, "apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah melakukan solat sunat (Istikharah) dua rakaat kemudian bacalah doa ini, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk kepada-Mu dengan ilmu-Mu, memohon ketetapan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon kurniaan-Mu yang sangat agung kerana sesungguhnya Engkau Berkuasa sedang aku tidak berkuasa sama sekali, Engkau Mengetahui sedangkan aku tidak, dan Engkau yang mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahawa urusan ini (lalu menyebutkan secara langsung urusan yang dimaksudkan) lebih baik bagi diriku dalam agama, kehidupan dan akhir urusanku atau mengucapkan: baik dalam waktu yang dekat mahupun yang akan datang maka tetapkanlah ia bagiku dan mudahkanlah ia untukku. Kemudian, berikan berkah kepadaku dalam menjalankannya. Jika Engkau mengetahui bahawa urusan ini buruk bagiku dalam agama, kehidupan dan akhir urusanku  atau mengucapkan: Baik dalam waktu yang dekat mahupun yang akan datang maka jauhkanlah urusan itu daripadaku dan jauhkanlah aku darinya, serta tetapkanlah yang baik itu bagiku di mana pun kebaikan itu berada. Kemudian jadikanlah aku orang yang redha dengan ketetapan tersebut." (HR Bukhari).

Doa itu mengajar dan melatih jiwa menjadi kuat agar redha dengan qadak dan qadar serta pasrah dengan takdir yang Allah tentukan. Takdir yang Allah tentukan untuk kita adalah yang terbaik dan amat bermanfaat.

KETIGA: Rasulullah s.a.w. bersabda, "Lihatlah orang yang di bawah kalian. Jangan lihat orang yang di atas kalian. Sesungguhnya itu lebih pantas agar kalian tidak memandang rendah atas nikmat Allah yang diberikan kepada kalian." (HR Muslim).

"Jika salah seorang dari kalian melihat orang yang dilebihkan nikmatnya atas dirinya dalam harta dan postur tubuh, hendaklah dia melihat orang yang di bawahnya." (HR Bukhari).

Hadis itu mengandungi ubat bagi penyakit hasad dan keluh kesah tentang takdir Allah. Jiwa orang yang suka melihat kenikmatan orang lain tidak akan pernah merasa rela. Setiap kali mendapatkan kekayaan dan kedudukan dia menjadi leka dan terus menginginkan kekayaannya bertambah serta rindunya kepada harta yang banyak semakin mendalam. Jika kita ikut wasiat Rasulullah itu maka akan terasa betapa besarnya nikmat yang Allah kurniakan, rela, puas dan bahagia meski diuji. Kehidupan menjadi stabil. (Sumber dipetik dari Iman Kepada Qadar - Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-shallabi).

Sumber : Al Islam

No comments:

Post a Comment