Friday, July 26, 2013

RIWAYAT ROH MENENGOK JASAD DAN KELUARGA, DICERITAKAN DALAM RIWAYAT...


Buku ini bertarikh Jakarta, 8 Desember 1979 
dan penulisnya ialah Ustadz Musannif Effendie

Buku ini telah ghaib dari simpananku selama hampir 3 tahun. Sebelum itu aku sempat menyalin dua artikel yang terdapat didalamnya dan memuat masuk ke dalam blog ini atas tajuk Berapa Tahun Umurnya dunia? dan Riwayat Nur Muhammad pada Januari 2010. Kini ianya telah dijumpai semula dan sebagai tanda terima kasihku kepada Allah Subhanahuwataala, maka di bawah ini aku salin dua lagi artikel menarik yang terdapat di dalamnya. Buku ini versinya di dalam bahasa Indonesia. Semoga ianya memberi manfaat kepada kita semua.

    Di antara tajuk yang terdapat di dalam buku yang menarik ini ialah:


RIWAYAT ROH MENENGOK JASAD DAN KELUARGA, 
DICERITAKAN DALAM RIWAYAT...

Setelah tiga hari jasad kasar membujur di dalam kubur, roh minta izin kepada Tuhan untuk menengok jasadnya di dalam kubur.

Setelah mendapat izin, roh itu turun ke bumi datang ke kuburannya. Ia berdiri di pinggir kuburnya, meskipun badannya tertutup tanah, tapi ia dapat melihat. Maka tampaklah jasadnya telah gembung dan berbau dari telinga, hidung dan mulut telah mengalir air yang busuk.

Sedih melihat tubuhnya sudah demikian. Lalu meratap dan menangis. Katanya: "Hai tubuhku yang miskin, ingatkah kamu pada yang masa lalu? Betapa megahnya kamu di alam dunia?"

Inilah dia tempat yang sempit. Inilah tempat yang berbahaya dan inilah tempat menanggung duka. Kemudian kembalilah ke tempatnya.

Lima hari kemudian dia memohon lagi ke hadhirat Allah untuk menengok jasadnya. Setelah mendapat izin, pergilah ia turun ke bumi untuk menengok kuburnya. Dilihat kini jasadnya makin membusuk dan sudah berulat. Ia berdiri di pinggir kuburnya sambil meratap sepuas hati. Lalu kembali

Kemudian sesudah tujuh hari, kembali meminta izin kepada Tuhan akan melihat jasadnya lagi. Lalu ia turun ke bumi berdiri di pinggir kuburnya. Dilihat tubuh sudah mulai hancur dagingnya yang telah membusuk dan dimakan ulat.

Ketika melihat jasadnya demikian, seperti orang yang melihat rumahnya yang ditinggalkan. Betapa sedihnya, kalau dulu rumahnya indah dan cantik menarik tapi kini setelah ia tinggalkan telah menjadi hancur dan berantakan dimakan ulat. 

Katanya: "Ya jasadku yang hina, beginilah jadinya keadaanmu, selama aku berpisah darimu, manakah anak isterimu yang kamu sayang? Di manakah hartamu yang sangat dicintai? Manakah sahabatmu yang kamu kagumi?" 

Setelah itu ia kembali ke tempatnya. 


******************************************************

  
SATU PERUMPAMAAN...

Para pembaca yang budiman.

Di bawah ini saya membuat suatu perumpamaan. Semisal diri kita semasih berada di dunia ini.

Seorang laki-laki mempunyai tiga orang anak. Dua orang anaknya sangat dicinta dan sangat disayangi. Tapi yang seorang tidak begitu disayangi. Adapun anak yang dua orang itu, segala keinginannya belum pernah di abaikan. Apa kata si anak diturutinya, tapi anak yang seorang ini tidak begitu diperhatikan. Dan kadang ditinggal dan dilupakan. Akan tetapi si anak ini tahu diri, meskipun dia tidak diperhatikan, tapi dia tetap menyintai orang tuanya, dan tetap ingin membela orang tuanya.

Pada suatu masa, si orang ini terlibat suatu perkara yang dia sendiri tidak tahu persoalannya. Si orang tua ini harus menghadap ke pengadilan untuk diminta pertanggung jawab mengapa dia harus disidang. Ia menjadi panik dan bingung, karena dia merasa tidak pernah berbuat kesalahan. Dia berpikir, dia kan mempunyai dua orang anak yang begitu disayang dan dimanja. Kini wajarlah jika dia sebagai orang tua meminta bantuan atau pertolongan pada anaknya. Siapa tahu anaknya itu dapat membela dia di dalam sidang pengadilan.

Lalu ia datang kepada anak yang pertama dan diterangkan duduk perkaranya dan akan meminta pertolongan dari anaknya. Tapi anak ini lalu berkata:

"Ayah tidak perlu meminta bantuan saya, ayah harus pikir, ayah yang berbuat, haruslah ayah yang bertanggung jawab. Bukan saya. Biar bagaimanapun juga, saya tidak dapat menolong ayah."

Dengan sedih hati orang tua itu pergi dan akan ditemui anaknya kedua dan akan meminta bantuannya. Akan tetapi setelah anak itu ditemuinya serta diceritakan hal ihwalnya. Apa jawab anaknya?

"Ayah jangan mempunyai hati pengecut. Ayah yang dipanggil ke pengadilan, ayah sendiri yang harus berani menghadapi perihal diri ayah. Tidak ada sangkut-pautnya dengan saya."

Kemudia ia teringat akan anaknya yang seorang ini. Barangkali saja dapat dimintakan bantuannya. Setelah menjumpainya, ia disambut dengan baik dan setelah ia menerangkan duduk perkaranya, dengan spontan anak itu berkata:

“Ayah, kalau begitu, biarlah serahkan kepada saya persoalan ini, sayalah yang akan menghadapinya maju ke sidang pengadilan. Mudah-mudahan persoalan ayah jadi beres dan selesai."

Para pembaca yang budiman.

Siapakah orang tua itu? Dan siapakah dua orang anaknya yang disayang dan siapakah anaknya yang tidak dicintainya?

Orang tua itu adalah misalnya tiap-tiap diri manusia lelaki atau perempuan. Dua orang anak yang sangat dicintainya adalah anak dan isterinya. Anak yang disia-siakan adalah amal ibadatnya. Pada umumnya orang tentu sangat sayang kepada anak dan isteri. Terbukti sikap-sikap manusia rata-rata demikian, tetapi tidak cinta kepada amal ibadat. Manusia rata-rata cinta kepada anak dan isteri selagi hidup di alam dunia ini. Akan tetapi tatkala malaikatul maut mengambil nyawanya, maka nyatanya anak dan isteri tidaklah serta turut di kubur bersama dia. Maka nyatalah sayangnya anak dan isteri itu selagi ia masih hidup, selagi roh masih berada dalam badannya. Akan tetapi amal ibadat yang tidak begitu dicintai itulah yang turut serta masuk kealam kubur dan yang kelak membela dia di dalam kubur dan di alam akhirat.

Memang tidak semua manusia yang menyintai amal ibadat, tetapi yang lebih banyak adalah membenci amal ibadat. Maka tiap-tiap orang yang meninggalkan amal ibadat solat dan puasa dan sebagainya dan tiap orang yang tidak menjauhkan perbuatan maksiat, itulah orang yang terang-terangan membenci amal ibadatnya. Padahal amal itulah yang akan menolong dia di alam kubur dan di alam akhirat.

Andaikata sama sekali dia tidak memperhatikan akan kehendak amal ibadatnya janganlah ia mengharap akan dapat pembelaan dari amalnya itu.

Oleh kerana itu, janganlah kita cuma menyintai anak dan isteri saja, tapi cintailah juga amal ibadat sebelum kita dipanggil pulang menghadap pengadilan Tuhan. 

No comments:

Post a Comment