Buku ini bertarikh Jakarta, 8 Desember 1979
dan penulisnya ialah Ustadz Musannif Effendie
dan penulisnya ialah Ustadz Musannif Effendie
Buku ini telah ghaib dari simpananku selama hampir 3 tahun. Sebelum itu aku sempat menyalin dua artikel yang terdapat didalamnya dan memuat masuk ke dalam blog ini atas tajuk Berapa Tahun Umurnya dunia? dan Riwayat Nur Muhammad pada Januari 2010. Kini ianya telah dijumpai semula dan sebagai tanda terima kasihku kepada Allah Subhanahuwataala, maka di bawah ini aku salin dua lagi artikel menarik yang terdapat di dalamnya. Buku ini versinya di dalam bahasa Indonesia. Semoga ianya memberi manfaat kepada kita semua.
Di antara tajuk yang terdapat di dalam buku yang menarik ini ialah:
RIWAYAT ROH MENENGOK JASAD DAN
KELUARGA,
DICERITAKAN DALAM RIWAYAT...
Setelah tiga hari jasad kasar membujur di dalam
kubur, roh minta izin kepada Tuhan untuk menengok jasadnya di dalam kubur.
Setelah mendapat izin, roh itu turun ke bumi datang
ke kuburannya. Ia berdiri di pinggir kuburnya, meskipun badannya tertutup
tanah, tapi ia dapat melihat. Maka tampaklah jasadnya telah gembung dan berbau
dari telinga, hidung dan mulut telah mengalir air yang busuk.
Sedih melihat tubuhnya sudah demikian. Lalu meratap
dan menangis. Katanya: "Hai tubuhku yang miskin, ingatkah kamu pada yang
masa lalu? Betapa megahnya kamu di alam dunia?"
Inilah dia tempat yang sempit. Inilah tempat yang
berbahaya dan inilah tempat menanggung duka. Kemudian kembalilah ke tempatnya.
Lima hari kemudian dia memohon lagi ke hadhirat
Allah untuk menengok jasadnya. Setelah mendapat izin, pergilah ia turun ke bumi
untuk menengok kuburnya. Dilihat kini jasadnya makin membusuk dan sudah
berulat. Ia berdiri di pinggir kuburnya sambil meratap sepuas hati. Lalu
kembali
Kemudian sesudah tujuh hari, kembali meminta izin
kepada Tuhan akan melihat jasadnya lagi. Lalu ia turun ke bumi berdiri di
pinggir kuburnya. Dilihat tubuh sudah mulai hancur dagingnya yang telah
membusuk dan dimakan ulat.
Ketika melihat jasadnya demikian, seperti orang
yang melihat rumahnya yang ditinggalkan. Betapa sedihnya, kalau dulu rumahnya
indah dan cantik menarik tapi kini setelah ia tinggalkan telah menjadi hancur
dan berantakan dimakan ulat.
Katanya: "Ya jasadku yang hina, beginilah
jadinya keadaanmu, selama aku berpisah darimu, manakah anak isterimu yang kamu
sayang? Di manakah hartamu yang sangat dicintai? Manakah sahabatmu yang kamu
kagumi?"
Setelah itu ia kembali ke tempatnya.
******************************************************
SATU PERUMPAMAAN...
Para pembaca yang budiman.
Di bawah ini saya membuat suatu perumpamaan. Semisal diri kita semasih berada di dunia ini.
Seorang laki-laki mempunyai tiga orang anak. Dua orang anaknya sangat dicinta dan sangat disayangi. Tapi yang seorang tidak begitu disayangi. Adapun anak yang dua orang itu, segala keinginannya belum pernah di abaikan. Apa kata si anak diturutinya, tapi anak yang seorang ini tidak begitu diperhatikan. Dan kadang ditinggal dan dilupakan. Akan tetapi si anak ini tahu diri, meskipun dia tidak diperhatikan, tapi dia tetap menyintai orang tuanya, dan tetap ingin membela orang tuanya.
Pada suatu masa, si orang ini terlibat suatu perkara yang dia sendiri tidak tahu persoalannya. Si orang tua ini harus menghadap ke pengadilan untuk diminta pertanggung jawab mengapa dia harus disidang. Ia menjadi panik dan bingung, karena dia merasa tidak pernah berbuat kesalahan. Dia berpikir, dia kan mempunyai dua orang anak yang begitu disayang dan dimanja. Kini wajarlah jika dia sebagai orang tua meminta bantuan atau pertolongan pada anaknya. Siapa tahu anaknya itu dapat membela dia di dalam sidang pengadilan.
Lalu ia datang kepada anak yang pertama dan diterangkan duduk perkaranya dan akan meminta pertolongan dari anaknya. Tapi anak ini lalu berkata:
"Ayah tidak perlu meminta bantuan saya, ayah harus pikir, ayah yang berbuat, haruslah ayah yang bertanggung jawab. Bukan saya. Biar bagaimanapun juga, saya tidak dapat menolong ayah."
Dengan sedih hati orang tua itu pergi dan akan ditemui anaknya kedua dan akan meminta bantuannya. Akan tetapi setelah anak itu ditemuinya serta diceritakan hal ihwalnya. Apa jawab anaknya?
"Ayah jangan mempunyai hati pengecut. Ayah yang dipanggil ke pengadilan, ayah sendiri yang harus berani menghadapi perihal diri ayah. Tidak ada sangkut-pautnya dengan saya."
Kemudia ia teringat akan anaknya yang seorang ini. Barangkali saja dapat dimintakan bantuannya. Setelah menjumpainya, ia disambut dengan baik dan setelah ia menerangkan duduk perkaranya, dengan spontan anak itu berkata:
“Ayah, kalau begitu, biarlah serahkan kepada saya persoalan ini, sayalah yang akan menghadapinya maju ke sidang pengadilan. Mudah-mudahan persoalan ayah jadi beres dan selesai."
Di bawah ini saya membuat suatu perumpamaan. Semisal diri kita semasih berada di dunia ini.
Seorang laki-laki mempunyai tiga orang anak. Dua orang anaknya sangat dicinta dan sangat disayangi. Tapi yang seorang tidak begitu disayangi. Adapun anak yang dua orang itu, segala keinginannya belum pernah di abaikan. Apa kata si anak diturutinya, tapi anak yang seorang ini tidak begitu diperhatikan. Dan kadang ditinggal dan dilupakan. Akan tetapi si anak ini tahu diri, meskipun dia tidak diperhatikan, tapi dia tetap menyintai orang tuanya, dan tetap ingin membela orang tuanya.
Pada suatu masa, si orang ini terlibat suatu perkara yang dia sendiri tidak tahu persoalannya. Si orang tua ini harus menghadap ke pengadilan untuk diminta pertanggung jawab mengapa dia harus disidang. Ia menjadi panik dan bingung, karena dia merasa tidak pernah berbuat kesalahan. Dia berpikir, dia kan mempunyai dua orang anak yang begitu disayang dan dimanja. Kini wajarlah jika dia sebagai orang tua meminta bantuan atau pertolongan pada anaknya. Siapa tahu anaknya itu dapat membela dia di dalam sidang pengadilan.
Lalu ia datang kepada anak yang pertama dan diterangkan duduk perkaranya dan akan meminta pertolongan dari anaknya. Tapi anak ini lalu berkata:
"Ayah tidak perlu meminta bantuan saya, ayah harus pikir, ayah yang berbuat, haruslah ayah yang bertanggung jawab. Bukan saya. Biar bagaimanapun juga, saya tidak dapat menolong ayah."
Dengan sedih hati orang tua itu pergi dan akan ditemui anaknya kedua dan akan meminta bantuannya. Akan tetapi setelah anak itu ditemuinya serta diceritakan hal ihwalnya. Apa jawab anaknya?
"Ayah jangan mempunyai hati pengecut. Ayah yang dipanggil ke pengadilan, ayah sendiri yang harus berani menghadapi perihal diri ayah. Tidak ada sangkut-pautnya dengan saya."
Kemudia ia teringat akan anaknya yang seorang ini. Barangkali saja dapat dimintakan bantuannya. Setelah menjumpainya, ia disambut dengan baik dan setelah ia menerangkan duduk perkaranya, dengan spontan anak itu berkata:
“Ayah, kalau begitu, biarlah serahkan kepada saya persoalan ini, sayalah yang akan menghadapinya maju ke sidang pengadilan. Mudah-mudahan persoalan ayah jadi beres dan selesai."
Para pembaca yang budiman.
Siapakah orang tua itu? Dan siapakah dua orang
anaknya yang disayang dan siapakah anaknya yang tidak dicintainya?
Orang tua itu adalah misalnya tiap-tiap diri
manusia lelaki atau perempuan. Dua orang anak yang sangat dicintainya adalah
anak dan isterinya. Anak yang disia-siakan adalah amal ibadatnya. Pada umumnya
orang tentu sangat sayang kepada anak dan isteri. Terbukti sikap-sikap manusia
rata-rata demikian, tetapi tidak cinta kepada amal ibadat. Manusia rata-rata cinta
kepada anak dan isteri selagi hidup di alam dunia ini. Akan tetapi tatkala
malaikatul maut mengambil nyawanya, maka nyatanya anak dan isteri tidaklah
serta turut di kubur bersama dia. Maka nyatalah sayangnya anak dan isteri itu
selagi ia masih hidup, selagi roh masih berada dalam badannya. Akan tetapi amal
ibadat yang tidak begitu dicintai itulah yang turut serta masuk kealam kubur
dan yang kelak membela dia di dalam kubur dan di alam akhirat.
Memang tidak semua manusia yang menyintai amal
ibadat, tetapi yang lebih banyak adalah membenci amal ibadat. Maka tiap-tiap
orang yang meninggalkan amal ibadat solat dan puasa dan sebagainya dan tiap
orang yang tidak menjauhkan perbuatan maksiat, itulah orang yang
terang-terangan membenci amal ibadatnya. Padahal amal itulah yang akan menolong
dia di alam kubur dan di alam akhirat.
Andaikata sama sekali dia tidak memperhatikan akan
kehendak amal ibadatnya janganlah ia mengharap akan dapat pembelaan dari
amalnya itu.
Oleh kerana itu, janganlah kita cuma menyintai anak
dan isteri saja, tapi cintailah juga amal ibadat sebelum kita dipanggil pulang
menghadap pengadilan Tuhan.
No comments:
Post a Comment