Kisah menarik yang dialami Mansur bin Ammar yang sewaktu menjalani ibadah haji tinggal di salah satu kampung di Kota Kufah. Pada suatu malam yang gelap gelita dia pergi untuk satu keperluan. Ketika sedang berjalan sendirian, tiba-tiba dia mendengar suara dari seseorang yang mengadu.
“Ya Ilahi. Demi keagungan-Mu, aku tidak menghendaki perbuatan maksiatku ini untuk menentang-Mu. Kulakukan ini bukan kerana ketololanku, tetapi kerana kesalahanku sendiri. Ada tabir yang terkulai antara aku dan Kau. Aku terlena sehingga tak kusedari aku bergelimang dalam lembah kemaksiatan. Kini aku mendambakan anugerah-Mu, sudilah Engkau menerima alasanku ini. Jika Kau tak menerima alasanku ini dan tak mengampuni, betapa lamanya aku berduka menanggung seksa.”
Setelah suara itu diam, Mansur menyusul dengan bacaan ayat suci al-Qur’an surah al-Tahrim yang bermaksud, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya para malaikat yang kasar dan keras, serta tak pernah menderhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu dikerjakan sesuai dengan perintah-Nya.”
Kemudian Mansur mendengar suara jeritan yang keras dan sesuatu yang bergerak-gerak. Tidak lama kemudian gerakan itu berhenti. Selesai memenuhi hajatnya, Mansur langsung pulang, tetapi keesokan harinya dia mendatangi tempat itu lagi.
Di tempat itu pula tiba-tiba Mansur mendengar suara riuh terlihat banyak manusia barta’ziyah. Di situ terlihat seorang perempuan tua menangis meratapi orang yang meninggal itu. Perempuan tua itu adalah ibunya.
Perempuan itu berkata, “Pasti Allah membalas pembunuh anakku secara baik.” Kemudian dia membaca ayat al-Qur’an tentang seksaan itu. “Anakku waktu itu sedang solat, kemudian jatuh tersungkur hingga mati kerana mendengar ayat bacaan itu.”
Malam harinya, Mansur bermimpi berjumpa orang yang meninggal itu. Dalam mimpinya itu Mansur bertanya, “Apakah yang diperbuat Allah kepadamu?”
Laki-laki itu menjawab, ”Yang diperbuat Allah kepadaku adalah seperti yang diperbuat-Nya terhadap orang yang mati syahid dalam Perang Badar.”
“Mengapa demikian?” Tanya Mansur.
“Kerana mereka mati lantaran pancungan pedang Zat Yang Maha Pengampun.”
No comments:
Post a Comment